Pada Selasa (2/7/2024), Houthi Yaman mengumumkan bahwa mereka telah melakukan operasi militer gabungan bersama perlawanan Islam di Irak. Mereka menyatakan telah menyerang sasaran penting di Haifa Israel. Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataan yang disiarkan di televisi mengungkapkan bahwa operasi militer tersebut melibatkan sejumlah rudal bersayap, namun tidak menjelaskan secara rinci target yang diserang.
Sejak November tahun lalu, kelompok Houthi telah melakukan serangan drone dan rudal di jalur pelayaran sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Mereka bersekutu dengan Iran dan telah melancarkan puluhan serangan yang telah menenggelamkan dua kapal, menyita kapal lain, serta menyebabkan kematian sedikitnya tiga pelaut.
Pada hari sebelumnya, kelompok Houthi Yaman mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan empat operasi militer yang menargetkan kapal di Laut Merah, Laut Arab, Mediterania, dan Samudera Hindia yang terhubung dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Israel. “Di operasi pertama, kami menyerang kapal Israel MSC Unific di Laut Arab,” kata Yahya Sarea, juru bicara kelompok Yaman. “Kemudian, kami juga menyerang kapal tanker minyak AS Delonix di Laut Merah untuk kedua kalinya minggu ini,” lanjutnya. Operasi ketiga menargetkan kapal pendarat Inggris Anvil Point di Samudera Hindia, sementara operasi keempat di Laut Mediterania menyerang kapal yang diidentifikasi oleh Sarea sebagai ‘Pelaut yang Beruntung’.
Meskipun Reuters tidak dapat segera memverifikasi klaim tersebut, kelompok Houthi terus menyatakan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza melalui serangan drone dan rudal di jalur pelayaran sejak November. Dengan bersekutu dengan Iran, mereka menunjukkan keberanian untuk melawan kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Israel.
Dengan serangan-serangan mereka yang terorganisir dan strategis, Houthi Yaman dan sekutu-sekutu mereka terus menunjukkan ketegasan dan keberanian dalam melawan kekuatan-kekuatan yang dianggap memerintah di wilayah tersebut. Meskipun kontroversial, tindakan mereka tetap menjadi sorotan dunia dan menunjukkan bahwa kekuatan bersatu dari kelompok-kelompok rebelli masih bisa membuat dampak yang signifikan dalam geopolitik global.